Senin, 14 November 2011

Im always in your heart

“Selamat pagi dunia. Selamat hari Jumat!” Ucap Sinta sesaat setelah dia membuka kan matanya. Hari ini hari Jumat. Ya! Hari yang memang tidak pernah special baginya. Dia kesiangan, waktu sudah menunjukan pukul 05.45 itu tandanya dia harus sudah siap untuk berangkat sekolah, namun kali ini dia benar-benar belum melakukan apa-apa. Dia bergegas mandi dan berganti pakaian.. Yah, walaupun telat sedikit, tapi seperti biasa dia selalu datang kesekolah tepat waktu kok, pukul 06.30 J
Sinta memang anak perempuan yang biasa saja, tidak ada yang istimewa. Pada saat itu dia berumur sekitar 14 tahun, dia bersekolah disalah satu Sekolah Menengah Pertama favorit di kota tempat ia tinggal. Sinta baru kelas 8 SMP, dia mempunyai banyak teman yang sangat ia sayangi. Namun banyak orang bilang, Sinta sangat dekat dengan teman perempuan nya yaitu Via. Menurut Sinta, dia dengan Via hanya bersahabat biasa kok sama seperti yang lain… Hanya saja, Via memang terlihat lebih akrab dengan Sinta. Mereka sama-sama kelas 8, tapi mereka berbeda kelas. Walaupun begitu, mereka selalu bersama-sama..
Pada waktu itu bel istirahat berbunyi, seperti biasa Via sudah menunggu Sinta didepan kelas. Sinta pun keluar kelas dan disambut oleh senyuman manis dan sapaan hangat yang Via berikan untuknya “Sinta.. Sebelum kita beli makanan, antar Via ke toilet yuk!” Ternyata Via mengajaknya pergi ke toilet yang memang agak jauh dari kelas mereka.. Tanpa pikir panjang, Sinta pun mengiyakan ajakan sahabatnya.
Ditengah-tengah perjalanan ke toilet itu mereka memang selalu terlihat bercanda dengan diikuti tawa khas mereka. Lalu tiba-tiba Sinta mengajak Via berbicara
“Vi, aku bosen nih sekolah disini !”
“Kenapa Sinta ?”
“Kenapa ya ? Enggak ada cowok ganteng sih. Fyuuuuh”
“Ya ampun Sinta, kamu itu pikirannya cowok mulu.. Hahaha..
Tapi iya sih, bener yang kamu bilang”
“Hehehe.. Eh tapi lihat deh yang disana. Dia siapa ya ? Kok aku baru melihatnya
Mungkin dia kakak kelas kita. Cakep sih tapi kok kaya banci ya.. Lihat aja jalannya”
Husss ! Udah ah.. Aku udah kebelet”  Via mengakhiri percakapan singkat mereka sambil berlalu meninggalkan Sinta yang berdiri diluar pintu toilet menunggunya. Dan Via pun keluar dengan raut muka yang seolah-olah mengajak Sinta untuk memberikan candaan lagi untuknya. Via dan Sinta pun keluar dari toilet tersebut, JENGJENGJEEEEEENG !! Tanpa disengaja mereka bertemu dengan sosok yang tidak pernah terlihat. Dan Via pun mulai menggoda, dia mencubit tangan Sinta sambil berkata “Cie.. Itu tuh siapa tuh.. Cie” Sinta tak mengerti mengapa Via seperti itu ! Padahal Sinta tidak tertarik dengan cowok kalem yang baru saja melewati mukanya, malah dia “agak” jijik melihat cowok tampan itu karna menurutnya cowok itu beda dengan yang lain , seperti banci *opsss J
Disengaja atau tidak disengaja, Sinta dan Via akhir-akhir ini memang sering bertemu lelaki itu. Ntah mengapa.. Seiring waktu berjalan dan karna sering ketemu juga kali ya, Sinta merasakan hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, saat dia bertemu dengan lelaki yang ia akui keren itu. Semakin hari, rasa itu semakin tercipta.. Sinta tak kuasa bila bertatap muka dengan lelaki itu.
Sinta mencari tau tentang dia. Lelaki yang sudah mengalihkan dunianya. Sinta menanyakan nama, alamat, akun facebook, twitter dan lainnya untuk mengenal lebih dekat siapa lelaki itu. Memang agak sulit, awal-awal ingin tau namanya saja sampai salah orang.. Dengan cara yang tepat, Sinta pun menanyakan kepada kakak kelas yang memang lumayan dekat dengan Sinta dan diapun ternyata teman sekelas lelaki tampan itu. Sebut saja, Rama.. Sinta memeberi tahukan sejuta ciri-ciri yang ada pada fisik lelaki itu. Dia menanyakan semuanya pada Rama. Rama itu memang terkenal baik dan sangat ramah.. Dia pun bicara pada Sinta, bahwa lelaki yang Sinta maksud adalah Arisetyo Prasdianto. Nama yang sangat indah bukan ? Ya, indah seperti orangnya.
Kini Sinta benar-benar yakin, bahwa dia memang menyukai Arisetyo. Apakah ini karma ? Pada saat pertama bertemu, jangankan suka.. Sinta benar-benar tak ingin lagi melihat wajah rupawan Aris. Sinta pun baru saja menyadari keistimewaan Aris.. Aris itu beda dengan yang lain. Terlihat apa adanya, Cerdas, Pendiam, Cool dan tentunya Aris memakai Jam Tangan! Jam tangan itulah yang melengkapi kerupawanan Aris.. Sinta benar-benar hampir gila setiap melihat sosok itu. Ntah itu jauh atau dekat, sekilas atau lama, terang ataupun gelap. Sinta bisa merasakan getaran itu.
Suatu hari, Sinta tidak bisa lagi menahan perasaan itu untuk Aris. Dia memberanikan diri menghampirinya walau sekedar ingin mengucapkan “Aku menyukaimu..” Sinta berharap dia bisa melakukan itu. Hari itu hari Sabtu, ada acara khusus untuk kelas 9.. Sinta melihat Aris, Aris berada diruangan itu dan duduk dipaling depan..
Sinta terlihat sedang diam tanpa melakukan apa-apa dan tidak mengatakan apa-apa didepan perpus sekolah.. Yang ada dipikiran Sinta itu “Apakah ini saatnya?” / “Apakah aku harus melakukannya sekarang?” Sinta benar-benar bingung pada saat itu.. Dan akhirnya dia pun mengambil keputusan untuk menyatakan perasaannya pada Aris sekarang. Ya ! Selesai acara itu. Bela dan teman-teman yang lainnya menemani Sinta menunggu pujaan hatinya..
Sekitar 3 Jam menunggu, akhirnya orang yang ditunggupun terlihat jelas didepan mata. Aris dan teman-temannya tidak menyadari Sinta menunggunya sedari tadi, tanpa pikir panjang Sinta pun memanggil nama pangeran yang membuatnya gila itu.. “ARIS.. ARIS.. KAK  ARIS..”  Sayang, lelaki itu tidak menoleh sedikit pun pada Sinta.. Sinta tau, Aris mendengarnya. Sinta tau itu ! Ketika Sinta  sedang membutuhkan bantuan untuk menghentikan langkah Mr. Ice itu, Rama merangkulnya dari belakang dan bertanya.. “Perlu bantuan?” Sinta menoleh dan melihat tawaran yang tulus itu.. “Iya, tolong panggilkan Aris..” Rama pun mengejar Aris dan memanggil namanya, dia memang tidak menghentikan langkahnya tapi dia menoleh ! Dia menoleh dengan ekspresi yang tidak ingin Sinta lihat. Wajahnya terlihat kesal dan marah. Teman-teman Rama yang lain membantu Rama, lebih tepatnya membantu Sinta menahan Mr. Ice berlalu.. Namun Mr Ice berlari.. Berlari meninggalkan Sinta yang sudah menunggunya. Tapi Sinta pun tidak diam disitu, dia tetap mengejarnya dan terus memanggil namanya “KAK ARIS, TOLONG KAK. KAKAK BERHENTI DISITU ! SINTA MAU NGOMONG.. PLEASE KAK” Aris berhenti melangkah dan menoleh kurang dari 1 detik, dia kembali melangkahkan kakinya.. Kali ini lebih cepat. Semakin cepat dan sampai pada akhirnya dia tidak terlihat didepan mata..
Rama dan Sony pun menghampiri Sinta yang tengah bersama Bela dan Caca. Rama menarik tangan Sinta dan dia berkata “Maafkan aku..” Sinta heran mengapa Rama mengatakan hal itu “Maaf untuk apa?” Rama kembali bicara “Aku tak bisa membantumu untuk lebih dekat dengannya..” Sinta menarik nafas dan berkata “Tenanglah.. Kamu sudah membantuku. Aku tidak apa-apa dan aku baik-baik saja” Rama pun memberikan senyuman yang membuat Sinta tenang namun hanya sebentar senyuman yang dia lihat.. Rama kembali berlalu.
“Sin.. Kenapa gak kamu coba buat telpon atau sms Aris? Pake hp aku aja.. Enggak apa-apa kok” Sony menepuk pundak Sinta dan membuyarkan lamunan Sinta. Sinta pun mencoba menghubungi Aris, namun hasilnya Nihil. “Enggak bisa. Kayaknya Kak Aris matiin hp nya kak.. Makasih ya” Ucap Sinta sembari mengembalikan hp milik Sony.
“Gimana kalau kamu nungguin Aris, Sin? Kali aja dia balik” Ucap Bela. Sinta masih terdiam. “Iya sayang, kita temenin kok. 1 Jam ya kita tungguin dia !” Tambah Caca. Sinta hanya mengangguk dan tersenyum tanda mengiyakan ajakan mereka.  1 Jam berlalu mereka tidak melihat datangnya kembali Mr Ice itu.. Mereka pun pulang. Dan Sinta.. Dia terlihat baik-baik saja, namun Caca yakin hatinya sangat hancur melihat sikap Aris yang telah melukainya tadi..
Sinta tidak bisa membohongi teman-temannya apalagi dirinya sendiri, kalau dia sangat menyayangi Aris. Mungkin sampai sekarang.. Namun Sinta tidak pernah menuntut perasaannya dibalas oleh pujaan hatinya. Yang dia tau, dia sudah lakukan apa yang harus dia lakukan. Dia sudah berkorban dan dia sudah berjuang. Kini Sinta yakin.. Ketulusan tidak selamanya dibalas dengan ketulusan pula. Orang yang lebih tulus, pasti orang itu juga lebih sakit.. Yang Sinta ingin, sekarang Aris bisa bahagia tanpa mengingat kebodohan yang Sinta lakukan untuknya. Karna sampai kapanpun.. Aris memiliki tempat yang berbeda didalam hati Sinta. Arislah yang membuat Sinta seperti sekarang. “Terimakasih Arisetyo Prasdianto.. Im always in your heart” Ucap Sinta..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar