Senin, 14 November 2011

Semoga dia bahagia walau tak bersamaku. Dan aku ingin bahagia, walau tanpa dirinya…

Dear diary,
Aku sangat mencintainya diary, aku tak mau kehilangan dirinya. Aku akan tetap mencoba mengerti keadaannya sekarang. Keadaan sekarang memang beda seperti dahulu, tapi tak mengapa bagiku, karna aku sangat menyayanginya J
            Namaku Dhia Zahrah Salsabila, teman-teman memanggilku Dhia. Namun tidak dengan orang yang aku sayang.. Dia memanggilku dengan sebutan Dhisay. Aku telah menjadi pacarnya sekitar 1 tahun lalu. Kami sama-sama tinggal di Bandung, dulu dia itu hanyalah lelaki tampan yang tidak banyak dikenal orang. Tapi sekarang, semua mengenalnya dan mungkin mencintainya.. Aku mengenalnya dengan nama yang indah Ilham Fauzie yang saat ini lebih dikenal dengan nama Ilham Smash.
            Aku sadar, aku harus lebih mengerti posisinya sebagai salah seorang Personil Boyband ternama di Indonesia. Kini dia memang tak seperti dulu. Perhatiannya kurang dan kami pun jarang bertemu. Hal itu tidak mengurangi rasa cinta dan kepercayaanku kepadanya.. Aku tetap mencintainya.
            Dia sangat jarang memanggilku dengan sebutan Dhisay. Dan aku sangat merindukannya.. Dia memang telah jauh, sangat jauh. Aku hanya ingin tau keadaannya, itu saja. Namun sangat sulit. Sulit.. Malam itu, aku benar-benar merindukannya aku mencoba menghubunginya namun hasilnya nihil. Lalu aku mencoba menghubungi kakaknya, aku memang bukan hanya dekat dengan Ilham. Aku dan kakaknya pun sudah seperti saudara kandung..
“Hallo, kak Reza ?”
“Iya. Ini Dhia ?”
“Iya kak.. Ada Ilham disitu ?”
“Hmm.. Ada. Sepertinya dia tidak bisa diganggu”
“Oh gitu ya ? Yaudah deh kak. Makasih yah”
“Iya. Eh jangan dulu ditutup..”
“Kenapa kak ?”
“Kamu kangen banget ya sama Ilham ?”
“Iya, aku kangen banget kak”
“Kakak tau kok, kakak ngerti. Yang sabar ya”
“Iya.. Makasih sekali lagi”
“Sip, ayo tidur sudah malam”
“Nite..”
            Aku belum bisa memenjamkan mata ini. Aku sangat merindukannya, namun inilah resiko yang harus aku terima.. Aku selalu berdoa, semoga disana dia baik-baik saja. Aku menyanginya tuhan, jaga dia..
            Pagi ini tak ada semangat yang aku punya untuk mengawali hari. Sesampainya disekolah.. Teman-temanku menghampiriku dan apakah kalian tau mereka berkata apa? Oh duniaa.. Mengapa sekejam ini.. “Dhia ayo baca tweet Ilham semalem. Ayo baca!” itu yang aku dengar dari mulut mereka. “Emang ada apaan? Coba sini aku lihat” JENGJENGJENG!! Rasanya jantung ini ingin berhenti berdetak.
RT @ilhamfauzie : @claryntalala is my girlfriend :p
            Aku lemas pada saat itu, hampir saja aku jatuh tersungkur namun teman-temanku telah siaga menahan goyahnya tubuh ini. “Dhia, kamu enggak apa-apa?” Tanya Lana.. Aku pikir, itu pertanyaan yang tak perlu aku jawab “Aku tidak apa-apa. Hanya kepalaku terasa amat sakit.. Mungkin Ilham bercanda” Aku tersenyum pada mereka. Mereka saling berpandangan dan menunjukan raut wajah heran.
            Disekolah, aku tidak seceria biasanya. Bukan hanya karna tweet Ilham tadi, tapi aku sudah merasakan sakit kepala ini dari semalam. Semoga sakit kepala biasa.. Jam pelajaran pun selesai, saatnya aku bergegas meninggalkan sekolah ini.
            Sesampainya dirumah, aku kembali dibuat bingung. Aku bertanya-tanya tentang apa yang dikatakan Ilham di jejaring social itu. Aku segera menghubunginya, namun tidak ada jawaban. Aku pun menghampirinya ditempat ia biasa berkumpul dengan Anggota Smash yang lainnya. Badanku memang lemas, tapi tak apa. Aku merindukannya J
            Ku buka pintu ruangan dimana mereka bertujuh ada disana.. Dan aku tak percaya apa yang aku lihat, aku tersenyum pada 6 orang yang menyapaku disitu. Namun orang yang aku cari, tidak ada ada diantara mereka. Mataku bermain, aku menemukannya. Disudut ruangan itu, dia sedang tertawa lepas namun dia tidak sendiri.. Dia dengan seorang perempuan yang cantik. Ya, terlihat lebih cantik dari pada aku. Aku merasakan guncangan hebat, aku tak kuasa menahan rasa sakit ini.. Aku tak akan mengganggu mereka yang tengah bahagia. Aku tak menangis disitu, namun aku sakit ! Hampir saja aku pingsan, namun aku berada ditempat yang tepat. Reza menahan tubuhku yang tidak bertenaga.. Aku mendengar Dicky berkata “Bawa dia ke Rumah sakit Za !” dan yang lain terdengar memanggil Ilham berkali-kali..
“Dhia.. Bangun ! Kamu tidak apa-apa kan ?”
“Aku tidak apa-apa. Bawa aku pergi dari tempat ini kak.. Tolong”
“Baiklah”
            Reza menggendongku masuk kemobil Jazz hitamnya. Didalam mobil itu, aku menangis.. Aku ingin sekali berteriak pada semua orang.. Lagi-lagi Reza menenangkanku, dia memelukku dan dia meyakinkanku kalau semuanya baik-baik saja. Aku nyaman berada didekapannya..
            Malamnya, aku tidak bisa menggerakan apapun anggota tubuhku. Aku lemas, aku hanya bisa berbaring dan menangisi kejadian siang tadi. Untuk kesekian kalinya, sakit kepala ini kembali membuatku pingsan. Dan pada saat aku membuka mata, aku sudah berada ditempat yang sangat aku benci. Aku berada di Rumah Sakit. Aku lihat seseorang berada disampingku dan sepertinya dia menangis..
“Mah, mama kenapa ? Kok nangis?”
“Mama enggak apa-apa sayang..”
“Mama bohong, ada apa mah ?”
Ayahku datang dengan raut wajah yang cukup membuatku bingung.
“Ada apa sih mah ? yah ?”
“Maafkan ayah sayang.. Kamu yang kuat ya”
“Maaf untuk apa ayah ?”
“Kamu punya kanker diotak kamu sayang. Udah stadium 3..”
Apakah benar dunia ini memang tak adil ? Aku hanya tersenyum kepada kedua orang tuaku. Dan mereka pun mencium keningku. Rasanya aku tak ingin meninggalkan mereka didunia yang tak punya hati ini..
Sekitar 1 Minggu aku berada ditempat yang menyiksa itu.. Sampai pada akhirnya Ilham menghubungiku dan mengajaku bertemu. Aku ingin sekali marah padanya, namun aku tak bisa. Aku tak mau kehilangannya tuhan..
Dear diary,
Kamu tau kan aku sangat mencintainya ? Aku tak mau kehilangan dia diary. Selama ini yang aku cinta hanya dia.. Mengapa dia mengancurkan ku? Mengapa dia melukai dan menyakitiku sampai aku rapuh seperti ini? Aku tak bisa membencinya diary.. Tak akan pernah bisa..
Jam 8 malam, dia menjanjikan kami akan bertemu.
“Hallo, Dhia. Maaf ya akhir-akhir ini aku enggak pernah kabarin kamu. Aku sibuk. Pasti kamu ngerti.. Dan soal kemarin.. Maafkan aku”
“Iya. Aku ngerti kok. Hmm.. Ada apa ngajak ketemu?”
“Kamu tau Lala kan?”
“Yes, so?”
“Aku sekarang udah sama dia. Kita enggak bisa terusin semua ini”
“Ya, sudah aku tebak. Aku terima”
“Maafkan aku.. Jangan pernah membenciku ya”
“Buat apa membencimu? Justru aku menyanyangimu. Pergilah ! Bahagia dengannya”
Ilham tersenyum dan berlalu meninggalkanku sendirian, ternyata Lala ada bersamanya namun dia tidak ikut menemuiku. Dia masuk mobil dan mereka melaju dihadapanku, tanpa tau aku hancur.. Lala tersenyum dan Ilham melambaikan tanganya. Aku pun membalasnya.. Aku menelepon Reza.. Disini dingin. Aku benci dingin. Aku lemas..
“Kak.. Lagi sibuk enggak ?”
“Enggak kok. Kamu kenapa ?”
“Enggak kenapa-kenapa kak. Bisa tolong jemput aku didepan Café Buber?”
“Iya. Tunggu kakak ya”
Semakin dingin yang aku rasakan, pandanganku tak karuan. Gelap.. Aku tidak pingsan tapi aku jatuh dan aku tak bisa mengangkat tubuh ini ke tempat semula.
Reza terlihat mencemaskanku..
“Dhia.. Ayo kakak bantu. Kamu lagi sakit ya?”
“Makasih kak.. Enggak kok, tadi kepeleset” Aku tersenyum.
“Kamu abis ketemu Ilham? Ngapain masih ketemu sih?”
“Iya kak.. Cuman mau memperjelas hubungan kami kak”
Tak sengaja darah pun keluar dari hidungku.. Aku telah terbiasa namun kelihatannya Reza sangat panik. Akupun menenangkannya..
“Kak… Udah kak, jangan kemana-mana.. Jangan ngapa-ngapain! Aku enggak kenapa-kenapa kok”
“Itu hidung kamu? Ada darahnya!”
“Aku cuman perlu tisu ini kak”
“Kamu kenapa? Kok seperti ini?”
Aku hanya tersenyum dan meminta dia mengantarkanku pulang. Aku masih bisa melihat ekspresi wajahnya  yang begitu heran melihat keadaanku.
Beberapa minggu ini Smash terlihat sibuk manggung sana sini, itu sebabnya aku tak pernah menghubungi kakak raper si ganteng maut. Aku tak mau mengganggunya.. Sekitar 2 Bulan, aku menghadapi semuanya sendiri..
Dear diary,
Diary.. Penyakitku ini membuat aku tidak seperti dulu lagi. Aku pusing sekali. Menurut dokter.. Umurku tinggal beberapa hari lagi. Aku bersyukur masih bisa bercerita kepadamu hari ini. Aku pasti sangat merindukanmu..
“Hallo..”
“Ya, siapa ini ?”
“Aku Ilham. Dhisay?”
Aku hampir saja loncat kegirangan mendengar panggilan itu, namun kondisiku lemas pada malam itu..
“Ada apa Ham?”
“Tidak.. Aku hanya ingin berbagi kebahagianku kepadamu..”
“Lala ? Oh iya.. Semoga langgeng ya sama dia. Udah berapa bulan ham?”
“3.. Iya, makasih ya. Dhi, aku beruntung banget punya pacar kaya Lala”
“Hmm.. Dia pasti lebih beruntung punya pacar kaya kamu ham”
“Ah kamu bisa aja. Boleh minta bantuan?”
“Sure. Apa itu?”
“Lala sebentar lagi mau ulang tahun. Aku bingung mau kasih apa..”
“Oh iya, kasih Jam Tangan Barbie aja ham!”
“Ide kamu bagus juga. Iya. Siap! Makasih ya”
Belum aku menjawab dia sudah menutup teleponnya. Yasudahlah, yang penting apa yang perlu dibantu, sudah aku bantu.
Dear diary,
Diary.. Apakah dia tidak ingat? Dia pernah berjanji akan memberikanku Jam Tangan Barbie.. Tapi sekarang dia akan memberikannya pada pacar barunya Diary.. Aku terluka. Aku memang bukan siapa-siapa lagi untuknya.. Namun aku masih mencintainya dan akan terus mencintainya.
            Aku heran sore ini Reza mengajakku bertemu ditaman dekat rumahku. Aku memang sedang tidak enak badan. Harusnya aku tidak boleh keluar rumah karena suhu badanku pun sangat tinggi.. Tapi aku bingung apa yang ingin dia katakan? Katanya hal penting. Namun aku meragukannya.. Aku sudah menunggunya 10 Menit lalu, akhirnya dia datang juga. Terlihat lebih tampan dan rapi..
“Hallo Dhiaaaa”
“Hallo kak.. Ini apa?”
“Ini hadiah buat kamu. Terima dong!”
“Jam tangan Barbie? Makasih kakak..”
“Iya. Kakak tau kok kamu suka Barbie”
“Hehehe.. Oh iya kak, kakak mau ngomong apa?”
“Hmm.. Kakak mau bilang kalau kakak itu sayang sama kamu. Kakak mau jadi pacar kamu”
            Aku terdiam.. Aku melihat ketulusan terpancar diwajahnya. Bila diingat, memang dia lebih perhatian dan peduli padaku dibanding yang lain.. Malah Ilham pun tidak sebaik Reza..
Namun aku tak bisa menerima cintanya. Aku tak mau menyakitinya.. Aku masih mencintai Ilham dan yang kedua umurku tinggal sebentar lagi.. Aku tak kuasa meninggalkan Reza ketika dia benar-benar mencintaiku.
“Maaf kak.. Aku gak bisa..”
“Kenapa ? Apa dihatimu masih ada Ilham?”
“Iya..”
“Aku bisa membantumu melupakannya. Jadilah  miliku Dhia..”
“Aku sakit kak”
“Apa yang kamu katakan?”
“Aku kanker otak dan umurku tinggal menghitung hari..”
“Jangan bercanda sayang. Bohong kan?”
“Aku serius kak.. Kakak bisa cari yang lebih baik dari aku. Aku mau jadi adik tersayang kakak”
“Dhi..”
“Selamanya kak”
            Aku tak bisa menggenggam tangannya lagi. Nafasku tidak lagi berhembus dan jetak jantungku tidak lagi berdetak. Aku tak mendengar apa yang dia katakan.. Aku telah pergi. Aku telah mati..
Dear diary,
Ketika aku sudah tiada nanti, aku ingin melihat orang yang aku sayang dan orang yang menyayangiku tersenyum bahagia. Walau aku tak berada ditengah mereka.. aku tak pernah membenci orang yang menyakitiku. Karena mereka punya hak untuk menyakiti.. Namun aku ingin mereka tau, aku sangat mencintai mereka Tuhan… Biarkan mereka bahagia disana dan biarkan aku tersenyum pedih disini. Reza.. Ilham.. I LOVE YOU..
Itulah tulisan terakhirku sebelum aku meninggalkan mereka.. meninggalkan semua dan meninggalkan dunia. Yang aku tau, Cinta itu tidak harus memiliki dan 1 lagi.. Ketulusan itu Abadi. Selamanya..untuk apa yang.. Kamu yang kuat ya"up membuatku bingung.
Aia menangis..
Aku berada di Rumah Sakit. Aku lihat seseorang yang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar